Kota Budaya dan Bangga Indonesia Bersama Garuda

Beruntung sekali saya tinggal di Indonesia. Ragam budaya yang tak terhitung jumlahnya ada di negeri ini. Saat cuti kantor sekitar dua tahun lalu, saya berkesempatan mengunjungi kota budaya, Solo, yang kini dikenal dengan slogan The Spirit of Java.

Perjalanan dari tempat saya tinggal ke kota itu jadi lebih nyaman dan menyenangkan dengan menggunakan Garuda Indonesia. Ketepatan waktu, keramahan cabin crew, makanan yang nyam.. nyam.. enak, dan tentu inflight entertainment-nya cukup menggambarkan asyiknya terbang di udara bersama Garuda Indonesia.

Solo, Kota Budaya

-         
Halte bertuliskan "Sala Kutha Budaya"

Perjalanan saya ke Solo untuk menghadiri pernikahan saudara. Saya melihat hal berbeda saat hadir di resepsi pernikahan yang digelar di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Solo. Tampak banyak sekali kursi berjejer rapi. Tidak ada meja panjang dan gubuk-gubuk berisi makanan siap santap. Nah, lho? Jadi, kita makan apa, dong? :)

Ternyata di sinilah letak keunikan yang saya rasakan. Setiap tamu dipersilakan duduk manis di kursi yang tersedia dan petugas catering­-lah yang akan menghampiri dengan membawa makanan. Menu pembuka, menu utama, dan penutup datang silih berganti. Disela-sela beberapa kursi, terdapat meja untuk tempat gelas-gelas berisi teh.

Bagi para pemburu makanan gratis resepsi pernikahan yang model prasmanan, berarti harus berlapang dada menerima makanan di resepsi khas Solo ini yang porsinya disamaratakan. Hehehe… Kalau masih kurang kenyang, wah, saya belum pernah bertanya ke petugas catering apakah boleh menambah porsi. :) 

Gimana, porsi segini cukup enggak? Hehehe...
-          
Sebelum dan saat menyantap makan yang disajikan, para tamu dihibur oleh tari-tarian. Salah satu tarian yang tampil adalah tari bedoyo ketawang. Inilah tarian  sakral yang dipentaskan 9 penari perempuan. Para penari dengan sangat lemah gemulai menggerakkan tangan, kaki, kepala, dengan selendang dan diiringi musik gamelan. Tarian ini juga bisa disaksikan di Keraton Solo. Tak semua penari bisa mementaskannya, konon hanya perawan saja yang boleh. Biasanya sebelum melakukan tarian ini juga mereka harus berpuasa sehingga suci lahir batin.

Kereeeen banget dan hmm... magis! :)
 
Beberapa tarian yang menyemarakkan pesta untuk menghibur tamu dan pengantin sudah dipentaskan, makanan sudah ludes dilahap, barulah kemudian para tamu memberi doa restu dengan bersalaman dan langsung pulang sesudahnya. Nah, tata cara dan susunan acaranya beda sekali dengan pernikahan ala prasmanan, kan. :)

Tempat Wisata
Tarian khas Solo memang bisa menjadi magnet bagi para wisatawan pecinta budaya, termasuk wayang orang yang sampai kini masih suka dipentaskan. Tapiii, masih banyak hal menarik di kota ini, terutama tempat-tempat yang bisa dikunjungi. Katanya, sih, belum lengkap rasanya ke Solo kalau tidak ke Pasar Klewer. Pasar tradisional tua ini merupakan pusatnya pasar grosir batik. Bagi pecinta batik, nikmati berbelanja di pasar ini yang tentunya masih bisa ditawar harganya. :)

Ayo, belanja batik di Pasar Klewer.

 Di Solo juga terdapat Monumen Pers Nasional. Berbagai koleksi koran dan majalah serta benda-benda, seperti mesin tik maupun kamera yang mempunyai nilai sejarah ada di tempat ini.


Monumen Pers Nasional yang punya nilai sejarah tinggi.

Solo termasuk lengkap dalam hal pariwisata, termasuk di dalamnya wisata alam. Saya ingat pernah diajak orang tua menikmati air terjun Grojogan Sewu Tawangmangu. Letaknya ada di lereng Gunung Lawu. Untuk urusan perut alias wisata kuliner, Solo juga punya banyaaaak sekali makanan khas dan tempat makan yang enak. Cobalah kunjungi Warung Bakmi Penumping Bu Marni di Jalan Kebangkitan Nasional, Wedangan Pak Wiryo di Jalan Sidomulyo atau Selat Solo Mas Bambang di Jalan Tirtosari. Enak.. enaaak.. :)

Dan yang membuat Solo lebih meriah adalah gelaran berbagai macam festival, seperti Solo Batik Carnival, Solo Batik Fashion, serta tak lupa perayaan Grebeg Maulud. Festival dan perayaan tersebut tidak hanya menarik minat masyarakat lokal, tapi juga wisatawan mancanegara.  

Nasional.Is.Me dan Stand Up Comedy
Nah, gimana saya tidak bangga tinggal di negeri ini? Dari satu kota saja, kita bisa merasakan budaya dan tempat-tempat menarik yang sangat beragam. Mau seperti apa bangsa ini, tetap saja saya cinta. :) Kecintaan terhadap negeri juga saya rasakan ketika ada gerakan #indonesiaunite. Yes, waktu itu ramai banget orang-orang, terutama kaum muda kita menyuarakan KAMI TIDAK TAKUT. Sampai-sampai kaus merah bertuliskan slogan itu pun saya sering kenakan (ya, tapi kalau sekarang udah enggak muaaat :). Oya, kalau tidak salah gerakan ini imbas dari teror bom tahun 2009. Nah, dari sinilah saya, mulai mengetahui sosok Pandji Pragiwaksono.

Kecintaan Pandji sama negeri ini tidak hanya sampai disitu. Buku Nasional.is.me yang ditulisnya memberi rasa optimis buat kita ditengah carut marutnya pemimpin dan situasi bangsa. Pun stand up comedy yang dibawakannya tidak lepas dari isu negara, “protesnya” terhadap keadaan bangsa banyak disampaikan. dan memberi inspirasi buat penontonnya kaum muda.

Yang terbaru dari Pandji adalah Mesakke Bangsaku. Dari namanya saja, kita miris banget, ya. Kemirisan ini bisa lho dijadikan bahan “lucu-lucuan” oleh Pandji yang sebenarnya menyentil kita juga, misalnya saat bicara soal orang miskin yang lebih memilih uang dibanding pendidikan. Dalam stand up Merdeka Dalam Becanda bit Pencitraan, wah, itu kena banget! “Kita ini bangsa pencitraan.” Intinya lebih mementingkan penampilan luar daripada di dalam. Contohnya aja, “sok-sokan” berbicara pakai bahasa Inggris padahal salah. Yang penting pede! Hehehe…

Bangga Indonesia
Pandji bisa memberi inspirasi dan pengaruh buat penontonnya kaum muda, termasuk saya untuk lebih bangga jadi diri sendiri, lebih bangga jadi bagian dari Indonesia. Seperti halnya saya (dan kita) juga bangga memiliki maskapai terbaik negeri ini, Garuda Indonesia dan merasakan pengalaman terbang bersama Garuda. Kenyamanan bisa saya dapatkan bahkan sebelum masuk ke dalam pesawat. Misalnya saja di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta, letaknya yang ada di terminal 2 memiliki counter check in banyak, serta akses check in non bagasi yang terpisah/tidak digabung (cukup baik untuk para backpacker). 

Yang paling saya salut dari Garuda Indonesia adalah ketepatan waktu. Jadwal terbang yang sesuai jadwal menurut saya merupakan bagian penting menghargai konsumen. Saat di dalam kabin, kebosanan tidak saya rasakan lagi dengan adanya inflight entertainment langsung di hadapan kita. Pastinya, kita bebas memilih ingin menonton apa. Asyik, kan! Tontonan Just For Laugh Gags pun menemani saya sepanjang perjalanan Solo-Jakarta. Waktu 52 menit sepertinya cepat sekali berlalu. Oya, satu hal yang saya suka dari maskapai ini adalah seragam yang dikenakan oleh para pramugari. Model kebaya klasik dan elegan. Indonesia banget! :)


Ini yang bikin perjalanan bersama Garuda jadi lebih asyik!

Rasanya kalau ada kesempatan dan waktu luang saya tidak sabar lagi untuk mengelilingi negeri lagi dan menjelajah dunia bersama Garuda Indonesia.

#BersamaGaruda

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Griya Sastrowardoyo

domba kapas

Pasar Beringharjo