Untuk Teman-teman Tersayang yang Belum Dikaruniai Momongan

Siang itu seorang tetangga menceritakan kisahnya pada saya. Ia sudah 10 tahun menikah dan belum dikaruniai seorang anak. Hatinya gelisah. Sudah mencoba beberapa cara tapi belum membuahkan hasil. Mentalnya masih diuji dan ketakutan menggelayutinya. "Aku belum siap kalau nanti gagal lagi, Mba Dita."


Source: Pixabay

Kemarin saya membaca blog Koko Edward Suhadi. Di salah satu tulisannya, ia menceritakan kegelisahan hati istrinya yang menangis karena program untuk memiliki anak kembali gagal.  Tulisan blognya ada di tautan ini. Siapa yang tidak sedih jika harapan yang begitu diidamkan belum bisa terwujud.  Namun apa yang ditulis Ko Edward di blognya membuat perspektif baru buat saya. Alih-alih terus meratapi, tulisannya justru membangun hal yang positif. "Dalam hidup, kita tidak akan pernah sampai. Yes, we will never truly arrive!" 

Maksudnya gimana? Ya, hidup itu memang bukan vertikal ke atas, tapi horizontal mendatar. Tujuan itu bukan ada di puncak. Hidup seperti rel kereta dengan banyak stasiun pemberhentian. Stasiun akhirnya? Ya, kematian. Tapi setelah di stasiun akhir, masih ada kan perjalanan lain yang enggak kita tahu seperti apa karena itu rahasiaNya. Tapi perjalanan lain itu pasti ada, kan. Makanya hidup enggak akan ada akhirnya. 

Kita memang enggak akan pernah sampai. Hidup, apapun masalahnya akan terus berlanjut. Gagal mencapai sesuatu, coba lagi. Begitu terus sampai stasiun terakhir. Sama halnya seperti ingin memiliki anak. Jika belum berhasil, caba lagi. Gagal, coba lagi. Sampai kapan? Kita sendiri yang akan tahu sampai kapan. Tapi seenggaknya ada yang dilakukan, enggak diam, enggak pasrah.  

“Ketika suatu hari nanti kita lihat dua strip, tentunya bahagia, tentunya senang, tapi jangan terlalu senang seakan-akan we have made it, we have arrived."

"It’s just a station in our long railroad of being good parents."

Saya memang tidak mengalami yang tetangga saya alami. Saya enggak tahu gimana rasanya jadi istri Ko Edward. Tapi saya coba memahami apa yang terjadi dengan teman-teman yang belum dikaruniai momongan. 

Anak adalah hak yang di atas, bukan hak kita. Anak memang miliknya Allah, kan. Kita juga miliknya Dia, kan. Ketika kita merasa hidup enggak adil karena Allah, kok, belum juga mengabulkan keinginan, mungkin yang kita alami sebenarnya itulah yang adil menurutNya. Adil karena kita diberi kesempatan untuk mengingatNya, untuk terus memohon padaNya. Enggak semua orang punya kesempatan seperti itu. Enggak semua orang punya kesempatan dekat sedekat-dekatnya pada penciptaNya karena memohon sesuatu yang diingnkan, yaitu seorang anak. Adil karena disitulah mental, kesabaran, dan keikhlasan kita diuji. Dan lagi-lagi, enggak semua orang dipilih untuk melewati itu. Enggak semua orang punya hati sekuat itu. 

Hidup tanpa momongan saat sudah lama berumah tangga memang enggak bisa dihindari adaaaa aja omongan dari orang lain, seperti “kapan punya anak?”, “kapan nyusul?”,  “ayo, dong usaha terus punya anaknya!”, dan ucapan-ucapan lainnya yang bisa melukai hati. Padahal pertanyaan seperti itu mungkin hanya sekedar basa-basi. Lagi pula yang bisa menjawab juga Allah, kan. Kita bisa menjawab apa kalau memang tidak tahu jawabannya. Untuk teman-teman yang suka bertanya seperti ini, pleaseeeee saya mohon jangan lagi. Basa-basilah tentang cuaca hari ini, tentang apa kesibukan sekarang, tentang kegemaran, tentang apa saja yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak Allah itu.  

Dan untuk teman-teman tersayang yang belum dikarunia momongan, jika ada  orang yang membahas, biarkan saja. Kita yang menjalani, orang lain yang akan terus mengomentari. Hidup, ya, begitu. Memang sulit dan berat jika harus mendengar omongan orang, tapi mau gimana lagi, mereka punya mulut. Tapi kita, kan, punya hati. Tebalkan hati dan jangan pernah, jangan pernah merasa menyalahkan diri, jangan pernah merasa down lagi karena omongan orang yang enggak mengerti, yang enggak memahami... Anak memang membuat hidup jadi berwarna, jadi bahagia. Tapi, ada banyaaaaak sekali hal lain yang bisa membuat diri kita menjadi bahagia dan bermakna. 

Dari tetangga saya, dari Ko Edward Suhardi, dan teman-teman semua yang belum dikaruniai momongan, saya jadi paham rasanya kesabaran tanpa batas, saya jadi paham artinya kelapangan seluas angkasa. 

Tetap ikhtiar, tetap bahagia dengan apapun yang teman-teman jalani, tetap sayangi pasangan, tetap berpikiran positif padaNya, ya teman-teman... 

Peluuuuk…. 


-BubuDita-

Komentar

  1. Benar mba. Kadang aku sih nggak paham nih ama mereka yang kepo banget dan reseh kalau nnayain soal momongan. Walau aku nggak berada dalam posisi itu tapi rasanya pedih kalau ada yang nyinyir. Tanteku 8 tahun baru punya anak. Tanteku satu lagi udah sejak 2006 nikah belum punya anak. Ketjup ketjup mba Dita

    BalasHapus
  2. Ini analisa serampangan sih mba, beberapa orang yang saya temui dan belum punya anak, level sensinya lebih tinggi, karena nggak tahu rasanya seperti apa, saya pasti menghindari topik tentang anak, saya do'akan semua pasangan yang sedang menanti momongan di ijabah do'a dan ikhtiarnya...

    BalasHapus
  3. Moga semua bisa bahagia dengan ketentuan Allah ya mba, amin
    Nggak lupa selalu ikhtiar dan ikhlas :)
    Hidup klo mikirin omongan org lain, nggak akan happy

    BalasHapus
  4. Tiap kali ketemu teman ato sodara yg blm punya anak, aku paling anti utk nanya kapan punya anak.. Krn tau itu bkl nyakitin dia.. Aku sndiri prnh kok ngerasain pas dulu br nikah. Tapi aku dulu tipe cuek. Jd semua org yg nanya begitu bakal aku jwb "tanyanya sama yg di Atas aja. Kan Dia yg ngasih". Biasanya itu org lgs diem :p

    Ato aku suka bilang, "enakan gini lah.. Masih bisa traveling berdua ama suami tanpa repot. Kita msh pgn honeymoon sepuas2nya". Pd mingkem semua itu orang :p.

    Lagian suka bingung ah ama org yg kok hobinya kepoin org lain :p

    BalasHapus
  5. Suka sebel juga sama yang suka rusuhin hidup orang dengan pertanyaan-pertanyaan nggak penting yang notabene akan menyakiti perasaan orang tersebut. Dan yes, pada akhirnya kita semua memang harus sadar bahwa sega sesuatunya terjadi atas kehendak yang diatas yaaaa

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

domba kapas

Griya Sastrowardoyo

Pasar Beringharjo